Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.
Sejarah dan perkembangan film
Film pertama kali ditemukan pada akhir abad ke 19 dan terus
dikembangkan hingga saat ini. Seorang ilmuan dari Amerika Serikat penemu lampu
listrik dan piringan hitam terinspirasi untuk merekam dan membuat gambar (1887).
Dalam memproduksi alat untuk merekam tersebut Edison tidak sendirian, dia
dibantu oleh George Eastman yang kemudian pada tahun 1884 menemukan pita film. Yang
terbuat dari plastik tembus pandang. Tahun
1891 Eastman dibantu Hannibal Goodwin memperkenalkan satu rol film yang dapat
dimasukan ke dalam kamera pada siang hari. Lumiere bersaudara kemudian
menggabungkan kamera, alat memroses film dan proyektor menjadi satu, alat yang
mereka ciptakan tersebut disebut “sinematograf”.
Film pertama kali film diproduksi hanya menambil gambar
adegan – adegan singkat seperti anak- anak bermain di pantai, kebun, taman. Film
pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan membayar berlangsung di
Grand Bouleverd de Capucines, Paris pada 28 Desember 1895, hal ini menjadi lahirnya
film di dunia. Pada awalnya film dikenal dengan film hitam putih tanpa suara
atau dikenal dengan “film bisu”, seiring berkembangnya teknologi maka
ditemukannya film bersuara film bersuara pertama akali diberi judul “jazz
singer”,film tersebut di putar di Amerika Serikat, dan setelah itu ditemukannya
film berwarna.
Film juga sangat berkembang sehingga saat pembuata film
pasti dilengkapi dengan efek-efek yang sangat menarik sehingga membuat penonton
merasa puas. Format dalam film sendiri bermacam-macam mulai dari 3gp, mp4, VCD,
dan DVD (Blue-ray). Karena perkemabangan
itu maka film dipandang sebagai
komoditas industri oleh Hollywood, Bollywood dan hongkong. Film juga digunakan sebagai media untuk
melakukan kegiatan propaganda, politik. Oleh sebab itu film di Indonesia
berada dibawah pengawasan departemen penerangan dengan konsep lembaga sensor
film.
Lumiere Bersaudara |
Eastman |
Sejarah perkembangan
film di Indonesia
Film pertama kali masuk di Indonesia pada tahun 1905,
pertama kali film masuk Indonesia adalah film yang diimport dari Amerika dan di
terjemahkan dalam bahasa Melayu. Film ini menarik perhatian dari penonton
dibuktikan dengan jumlah bioskop dan
penonton yang terus meningkat. Film lokal pertama yang di produksi di Indonesia
pada tahun 1926 dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” yang di produksi oleh NV Java
Film Company, adlaah sebuah cerita film yang masih bisu. Indonesia tidak hanya
membuat film itu saja tetapi juga seiring majunya teknologi di Indonesia dan
juga melihat dari kemajuan negara barat maka Indonesia memproduksi banyak film
dan mulai menggunakan film berwarna dan bersuara.
Untuk lebih mempopulerkan film Indonesia, Djamaludin Malik
mendorong adanya festival Film Indonesia (FFI) I pada tanggal 30 Maret – 5
April 1955, setelah sebelumnya pada tanggal 30 Agustus terbentuk Persatuan
Perusahaan Film Indonesia (PFFI). Pada pertengahan tahun 90 an film – film di
Indonesia menghadapi krisis ekonomi dan harus bersaing dengan sinetron –
sinetron yang ada di televisi swasta.
film lokal pertama Indonesia "Loetong Kasaroeng" |
Jenis –jenis film
1. Film Cerita (Fiksi)
Film yang dibuat berdasarkan karangan ,
biasanya film ini untuk hiburan kepada penonton. Film fiksi biasannya diputar
di bioskop , film ini bersifat komersial
2.
Film Non Cerita (Non Fiksi)
Film cerita nonfiksi adalah film yang
mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Film nonfiksi bibagi menjadi dua
kategori
a.
Film faktual: menampilkan fakta atau kenyataan
yang ada, dimana kamera sekedar merekam kejadian
b.
Film dokumentar: selain fakta, juga menagndung
subyektifitas pembuat yang diartikan sebagai sikap atau opini terhadap suatu
peristiwa, sehingga persepsi tentang kenyataan akan sangat tergantung pada
pembuat film dokumenter
Macam – macam Genre Film
Macam – macam Genre Film
1. Komedi
Film ini berisi
lawakan yang bertujuan untuk membuat penonton tersenyum atau bahkan sampai
tertawa terbahak-bahak
2. Drama
Film yang
mengandung unsur emosi yang sangat kuat bagi penonton, ketika penonton sedang
menyaksikan film drama penonton bisa dibuat sangat senang, sedih kecewa bahkan
sampai mennagis.
3. Action
Film yang
mengetengahkan adegan – adegan perkelahian, pertempuran dengan senjata atau
kebut - kebutan kendaraan. Dalam film
ini biasannya terdapat dua tokoh yaitu anatagonis dan protagonis. Film action
juga dapat membuat kita merasa was-was saat kita menontonnya.
4. Horror
Film ini selalu
menampilkan adegan-adegan yang menyeramkan sehingga penontonya akan kaget dan
ketakukan ketika menyakyikan film bertema horror.
5. Tragedi
Film yang umumnya
mengetengahkan konsidi atau nasib yang dialami oleh tokoh utama pada film
tersebut nasib yang dialamai oleh tokoh membuat kita merasa sedih kasian dan
prihatin.
KEBANGKITAN PERFILM AN INDONESIA
Kita jangan membayangkan film pertama yang ada seperti sekarang ini, film pada jaman dahulu hanya berwarna dua, yaitu hitam dan putih dan tidak memiliki suara didalamnya. Karena teknologi dan pengetahuan untuk menggabungkan gambar bergerak dengan suara belum dimiliki oleh oppa dan omma kita dahulu. contohnya dapat dilihat pada link ini.
FILM DI INDONESIA YANG MENDAPATKAN PENGHARGAAN
Film yang bertemakan martial art action ini
adalah film kedua yang ditulis dan disutradarai oleh sutradara luar,
Gareth Evans. Ini juga menandai kedua kalinya Evans berkolaborasi dengan
Iko Uwais setelah film berjudul Merantau yang dirilis pada tahun 2009
silam. Film ini patut diacungi jempol sebagai film Indonesia yang tayang
perdana di Festival Film Sundace.
Cerita film berfokus pada upaya Rama yang merupakan anggota tim khusus
kepolisian untuk menangkap ketua mafia yakni Tama Riyadi. The Raid menerima ulasan baik, bahkan situs kritik film Rotten Tomatomemberikan nilai 85 persen. Keberhasilan The Raid berlanjut ketika berhasil mengantongi beberapa penghargaan festival film internasional salah satunya Toronto International Film Festivaldalam kategori People’s Choice Award.
Tidak
selamanya film sejarah itu identik dengan peperangan dalam meraih
kemerdekaan. Berbeda dengan film satu ini yang justru menceritakan
sejarah kisah cinta mantan Presiden Republik Indonesia Habibie dengan
isterinya, Ainun. Penonton Indonesia dibuat mabuk kepayang setelah
menonton film yang diangkat dari memoir yang ditulis oleh Habibie
sendiri. Tidak hanya itu, keberhasilan film Habibie dan Ainun di kancah
internasional ditandai dengan kemenangannya di ajang ASEAN International FIlm Festival Award (AFIFA) yang diselenggarakan di Malaysia, Maret 2013.
Kita
patut berbangga hati melihat kini perfilman Indonesia sudah disambut
hangat di pasar internasional. Film-film kita kini sudah berkualitas
tinggi sehingga bisa bersaing dengan film negara lain, bahkan
memenangkannya. Semoga ke depannya perfilman Indonesia bisa lebih maju
lagi ya. Kalau bisa sampai tembus Oscar
TERPURUKNYA PERFILMAN INDONESIA
Era
1990-an dapat dikatakan sebagai Kiamatnya perfilman Indonesia, hal ini
disebabkan maraknya sinetron di televisi-televisi swasta. Praktis semua
aktor dan aktris panggung dan layar lebar beralih ke layar kaca. Selain
itu tema yang selalu menjadi Bumerang bagi perfilman tanah air adalah
tema Horror sex, di era 1990-an judul-judul film Indonesia amat sangat
vulgar contoh Misteri Janda Kembang, Noktah merah perkawinan, Gairah
Terlarang, Meski sejumlah aktor Hollywood kelas B seperti Frank
Zagarino, Chintya Rothrock, David Bradley turut meriahkan dunia film
tanah air, kondisi penonton tetap tak berubah, Mimin masih ingat judul
film warkop terakhir di layar lebar yaitu "Saya duluan dong" setelah itu
film tanah air jadi mati suri... Anehnya saat terpuruknya perfilman
tanah air banyak yang menyalahkan pihak Amerika (Hollywood) dan Bioskop
21. Namun di sisi lain, di era 1990-an banyak komunitas film-film
independen. Beliau-beliau inilah yang akan membangkitkan perfilman tanah
air di awal 2000-an
Awal
2000-an sempat muncul salah satu film anak yang menjadi legendaris saat
itu, "Petualangan Sherina" dibintangi Derby Romeo, Sherina Munaf. bisa
dikatakan "Petualangan Sherina" adalah oase di tengah sepinya bioskop
tanah air. Lalu di tahun 2002 muncul pula film fenomenal lainnya yaitu
"Ada Apa Dengan Cinta", "Jaelangkung", dan lain sebagainya. Film
Indonesia pun menemukan kembali ruhnya. Genre film juga kian variatif,
alhasil di tahun-tahun berikutnya penonton mulai tertarik untuk menonton
film Nasional, film-film seperti "Heart", "Naga Bonar Jadi Dua",
"Ayat-Ayat Cinta" adalah film-film yang mendapat jumlah penonton
tertinggi. Bahkan Film Indonesia mampu bersaing dengan film Hollywood
secara sehat.
Meski
Demikian Perfilman Indonesia masih saja dirusak oleh oknum-oknum Mr. X
yang hanya mencari keuntungan kesempatan dalam kesempitan dengan membuat
film-film Horror Sex, (admin heran di kota mana sih yang jumlah
penonton Horror Sexnya meningkat). Hal ini justru membuat Film Nasional
yang bagus menjadi seperti batu diantara lelumutan, lama-lama lumut itu
bisa menghancurkan batu itu sendiri, meski sekokoh apapun batu itu.
Di
tahun 2011 terjadilah sebuah peristiwa yang justru menjadi Bumerang
bagi perfilman tanah air, yaitu Kisruh Film Impor, apalagi di tahun itu
Film-film Horror Sex seperti "Goyang Jupe-Depe" dan lain sebagainya
menjadi Jamur, Menjamur dimana-mana. Penonton menjadi risih, mereka
menginginkan Hollywood kembali seperti dulu, meskipun diantara
menjamurnya film Horror Sex itu terdapat film - film berkualitas seperti
"tanda tanya" Hanung Bramantyo.
Akhirnya
Film Hollywood kembali hadir di tanah air pada bulan Ramadhan tahun itu
(admin lupa bulannya mungkin sekitar Juli - Agustus)
Menurut
Admin peristiwa kisruh film Hollywood tahun lalu para moviemaker
semakin kreatif, film-film Horror Sex menjadi semakin sedikit di tahun
ini. sementara film-film Berkualitas seperti The Raid, 5 CM, Garuda di
Dadaku 2 (di publish tahun 2011 setelah kisruh). semakin banyak. Ya
mimin, berharap semoga kondisi seperti ini berlangsung selamanya,
Apalagi salah seorang aktor Indonesia Joe Taslim main film di Fast Six
(Pertama kalinya aktor Indonesia main film Blockbuster), mimin pernah
berkhayal bahwa akan ada aktor Indonesia mengucapkan Alhamdulillah saat
perhelatan academy awards. Ini membuktikan bahwa aktor kita bukanlah
aktor kacangan, terlebih lagi yang telah dan akan bermain film di tanah
air bukanlah aktor kelas B. Nama-nama seperti Julia Roberts, Mickey
Rourke bukanlah nama-nama seperti Chintya Rothrock atau pun Frank
Zagarino. Julia Roberts dan Mickey Rourke pernah meraih oscar. Sedangkan
Rothrock dan Zagarino adalah aktor-aktor yang filmnya banyak diedarkan
dalam bentuk DVD.
Sayangnya,
sifat orang Indonesia masih suka latah, jika sedang ramai horor, banyak
yang mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema remaja/anak
sekolah. lihat saja setelah sukses AADC, Muncul film Cinta Pertama, atau
film-film cinta lainnya setelah sukses Laskar Pelangi muncul pula film
si Brandon (mimin lupa judulnya) dan sudah berapa banyak film-film anak
yang meski berkualitas tapi kurang laku. Setelah sukses film Ayat-ayat
cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, film-film seperti Perempuan berkalung
Sorban malah hadir. Sinetron-sinetron tentang religi percintaan pun tak
terhitung jumlahnya.
Latah,
mungkin gak hanya di alami orang Indonesia, di dunia perfilman
Hollywood juga begitu, sadarkah teman bahwa tema-tema yang diusung film
Hollywood saat ini sebagian besar diangkat dari Novel, Komik, tapi yang
menjadi kekuatan adalah bagaimana cara mereka meramu, meski kadang
ramuan mereka terasa sinting, seperti mengubah-ubah dongeng. Manusia
memiliki sifat ingin sesuatu yang baru dan hal inilah yang dimanfaatkan
Hollywood, Korea, dan negara maju lainnya.