Selasa, 05 April 2016

FILM


Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.
film




Sejarah dan perkembangan film

Film pertama kali ditemukan pada akhir abad ke 19 dan terus dikembangkan hingga saat ini. Seorang ilmuan dari Amerika Serikat penemu lampu listrik dan piringan hitam terinspirasi untuk merekam dan membuat gambar (1887). Dalam memproduksi alat untuk merekam tersebut Edison tidak sendirian, dia dibantu oleh George Eastman yang kemudian pada tahun 1884 menemukan pita film. Yang terbuat dari plastik tembus pandang.  Tahun 1891 Eastman dibantu Hannibal Goodwin memperkenalkan satu rol film yang dapat dimasukan ke dalam kamera pada siang hari. Lumiere bersaudara kemudian menggabungkan kamera, alat memroses film dan proyektor menjadi satu, alat yang mereka ciptakan tersebut disebut “sinematograf”.
Film pertama kali film diproduksi hanya menambil gambar adegan – adegan singkat seperti anak- anak bermain di pantai, kebun, taman. Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan membayar berlangsung di Grand Bouleverd de Capucines, Paris pada 28 Desember 1895, hal ini menjadi lahirnya film di dunia. Pada awalnya film dikenal dengan film hitam putih tanpa suara atau dikenal dengan “film bisu”, seiring berkembangnya teknologi maka ditemukannya film bersuara film bersuara pertama akali diberi judul “jazz singer”,film tersebut di putar di Amerika Serikat, dan setelah itu ditemukannya film berwarna.
Film juga sangat berkembang sehingga saat pembuata film pasti dilengkapi dengan efek-efek yang sangat menarik sehingga membuat penonton merasa puas. Format dalam film sendiri bermacam-macam mulai dari 3gp, mp4, VCD, dan DVD (Blue-ray). Karena perkemabangan itu maka film dipandang  sebagai komoditas industri oleh Hollywood, Bollywood dan hongkong.  Film juga digunakan sebagai media untuk melakukan kegiatan  propaganda,  politik. Oleh sebab itu film di Indonesia berada dibawah pengawasan departemen penerangan dengan konsep lembaga sensor film.
Lumiere Bersaudara

Eastman


Sejarah perkembangan film di Indonesia

Film pertama kali masuk di Indonesia pada tahun 1905, pertama kali film masuk Indonesia adalah film yang diimport dari Amerika dan di terjemahkan dalam bahasa Melayu. Film ini menarik perhatian dari penonton dibuktikan  dengan jumlah bioskop dan penonton yang terus meningkat. Film lokal pertama yang di produksi di Indonesia pada tahun 1926 dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” yang di produksi oleh NV Java Film Company, adlaah sebuah cerita film yang masih bisu. Indonesia tidak hanya membuat film itu saja tetapi juga seiring majunya teknologi di Indonesia dan juga melihat dari kemajuan negara barat maka Indonesia memproduksi banyak film dan mulai menggunakan film berwarna dan bersuara.

Untuk lebih mempopulerkan film Indonesia, Djamaludin Malik mendorong adanya festival Film Indonesia (FFI) I pada tanggal 30 Maret – 5 April 1955, setelah sebelumnya pada tanggal 30 Agustus terbentuk Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PFFI). Pada pertengahan tahun 90 an film – film di Indonesia menghadapi krisis ekonomi dan harus bersaing dengan sinetron – sinetron yang ada di televisi swasta. 
film lokal pertama Indonesia "Loetong Kasaroeng"
Jenis –jenis film

1.      Film Cerita (Fiksi)
Film yang dibuat berdasarkan karangan , biasanya film ini untuk hiburan kepada penonton. Film fiksi biasannya diputar di bioskop , film ini bersifat komersial

2.       Film Non Cerita (Non Fiksi)
Film cerita nonfiksi adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Film nonfiksi bibagi menjadi dua kategori

a.       Film faktual: menampilkan fakta atau kenyataan yang ada, dimana kamera sekedar merekam kejadian

b.      Film dokumentar: selain fakta, juga menagndung subyektifitas pembuat yang diartikan sebagai sikap atau opini terhadap suatu peristiwa, sehingga persepsi tentang kenyataan akan sangat tergantung pada pembuat film dokumenter


Macam – macam Genre Film

1.       Komedi

Film ini berisi lawakan yang bertujuan untuk membuat penonton tersenyum atau bahkan sampai tertawa terbahak-bahak

2.       Drama
Film yang mengandung unsur emosi yang sangat kuat bagi penonton, ketika penonton sedang menyaksikan film drama penonton bisa dibuat sangat senang, sedih kecewa bahkan sampai mennagis.

3.       Action
Film yang mengetengahkan adegan – adegan perkelahian, pertempuran dengan senjata atau kebut -  kebutan kendaraan. Dalam film ini biasannya terdapat dua tokoh yaitu anatagonis dan protagonis. Film action juga dapat membuat kita merasa was-was saat kita menontonnya.

4.       Horror
Film ini selalu menampilkan adegan-adegan yang menyeramkan sehingga penontonya akan kaget dan ketakukan ketika menyakyikan film bertema horror.

5.       Tragedi
Film yang umumnya mengetengahkan konsidi atau nasib yang dialami oleh tokoh utama pada film tersebut nasib yang dialamai oleh tokoh membuat kita merasa sedih kasian dan prihatin.

Kita jangan membayangkan film pertama yang ada seperti sekarang ini, film pada jaman dahulu hanya berwarna dua, yaitu hitam dan putih dan tidak memiliki suara didalamnya. Karena teknologi dan pengetahuan untuk menggabungkan gambar bergerak dengan suara belum dimiliki oleh oppa dan omma kita dahulu.   contohnya dapat dilihat pada link ini.



FILM DI INDONESIA YANG MENDAPATKAN PENGHARGAAN





Film yang bertemakan martial art action ini adalah film kedua yang ditulis dan disutradarai oleh sutradara luar, Gareth Evans. Ini juga menandai kedua kalinya Evans berkolaborasi dengan Iko Uwais setelah film berjudul Merantau yang dirilis pada tahun 2009 silam. Film ini patut diacungi jempol sebagai film Indonesia yang tayang perdana di Festival Film Sundace. Cerita film berfokus pada upaya Rama yang merupakan anggota tim khusus kepolisian untuk menangkap ketua mafia yakni Tama Riyadi. The Raid menerima ulasan baik, bahkan situs kritik film Rotten Tomatomemberikan nilai 85 persen. Keberhasilan The Raid berlanjut ketika berhasil mengantongi beberapa penghargaan festival film internasional salah satunya Toronto International Film Festivaldalam kategori People’s Choice Award.






Tidak selamanya film sejarah itu identik dengan peperangan dalam meraih kemerdekaan. Berbeda dengan film satu ini yang justru menceritakan sejarah kisah cinta mantan Presiden Republik Indonesia Habibie dengan isterinya, Ainun. Penonton Indonesia dibuat mabuk kepayang setelah menonton film yang diangkat dari memoir yang ditulis oleh Habibie sendiri. Tidak hanya itu, keberhasilan film Habibie dan Ainun di kancah internasional ditandai dengan kemenangannya di ajang ASEAN International FIlm Festival Award (AFIFA) yang diselenggarakan di Malaysia, Maret 2013.
Kita patut berbangga hati melihat kini perfilman Indonesia sudah disambut hangat di pasar internasional. Film-film kita kini sudah berkualitas tinggi sehingga bisa bersaing dengan film negara lain, bahkan memenangkannya. Semoga ke depannya perfilman Indonesia bisa lebih maju lagi ya. Kalau bisa sampai tembus Oscar

TERPURUKNYA PERFILMAN INDONESIA

Era 1990-an dapat dikatakan sebagai Kiamatnya perfilman Indonesia, hal ini disebabkan maraknya sinetron di televisi-televisi swasta. Praktis semua aktor dan aktris panggung dan layar lebar beralih ke layar kaca. Selain itu tema yang selalu menjadi Bumerang bagi perfilman tanah air adalah tema Horror sex, di era 1990-an judul-judul film Indonesia amat sangat vulgar contoh Misteri Janda Kembang, Noktah merah perkawinan, Gairah Terlarang, Meski sejumlah aktor Hollywood kelas B seperti Frank Zagarino, Chintya Rothrock, David Bradley turut meriahkan dunia film tanah air, kondisi penonton tetap tak berubah, Mimin masih ingat judul film warkop terakhir di layar lebar yaitu "Saya duluan dong" setelah itu film tanah air jadi mati suri... Anehnya saat terpuruknya perfilman tanah air banyak yang menyalahkan pihak Amerika (Hollywood) dan Bioskop 21. Namun di sisi lain, di era 1990-an banyak komunitas film-film independen. Beliau-beliau inilah yang akan membangkitkan perfilman tanah air di awal 2000-an

KEBANGKITAN PERFILM AN INDONESIA


Awal 2000-an sempat muncul salah satu film anak yang menjadi legendaris saat itu, "Petualangan Sherina" dibintangi Derby Romeo, Sherina Munaf. bisa dikatakan "Petualangan Sherina" adalah oase di tengah sepinya bioskop tanah air. Lalu di tahun 2002 muncul pula film fenomenal lainnya yaitu "Ada Apa Dengan Cinta", "Jaelangkung", dan lain sebagainya. Film Indonesia pun menemukan kembali ruhnya. Genre film juga kian variatif, alhasil di tahun-tahun berikutnya penonton mulai tertarik untuk menonton film Nasional, film-film seperti "Heart", "Naga Bonar Jadi Dua", "Ayat-Ayat Cinta" adalah film-film yang mendapat jumlah penonton tertinggi. Bahkan Film Indonesia mampu bersaing dengan film Hollywood secara sehat.

Meski Demikian Perfilman Indonesia masih saja dirusak oleh oknum-oknum Mr. X yang hanya mencari keuntungan kesempatan dalam kesempitan dengan membuat film-film Horror Sex, (admin heran di kota mana sih yang jumlah penonton Horror Sexnya meningkat). Hal ini justru membuat Film Nasional yang bagus menjadi seperti batu diantara lelumutan, lama-lama lumut itu bisa menghancurkan batu itu sendiri, meski sekokoh apapun batu itu.

Di tahun 2011 terjadilah sebuah peristiwa yang justru menjadi Bumerang bagi perfilman tanah air, yaitu Kisruh Film Impor, apalagi di tahun itu Film-film Horror Sex seperti "Goyang Jupe-Depe" dan lain sebagainya menjadi Jamur, Menjamur dimana-mana. Penonton menjadi risih, mereka menginginkan Hollywood kembali seperti dulu, meskipun diantara menjamurnya film Horror Sex itu terdapat film - film berkualitas seperti "tanda tanya" Hanung Bramantyo.

Akhirnya Film Hollywood kembali hadir di tanah air pada bulan Ramadhan tahun itu (admin lupa bulannya mungkin sekitar Juli - Agustus)

Menurut Admin peristiwa kisruh film Hollywood tahun lalu para moviemaker semakin kreatif, film-film Horror Sex menjadi semakin sedikit di tahun ini. sementara film-film Berkualitas seperti The Raid, 5 CM, Garuda di Dadaku 2 (di publish tahun 2011 setelah kisruh). semakin banyak. Ya mimin, berharap semoga kondisi seperti ini berlangsung selamanya, Apalagi salah seorang aktor Indonesia Joe Taslim main film di Fast Six (Pertama kalinya aktor Indonesia main film Blockbuster), mimin pernah berkhayal bahwa akan ada aktor Indonesia mengucapkan Alhamdulillah saat perhelatan academy awards. Ini membuktikan bahwa aktor kita bukanlah aktor kacangan, terlebih lagi yang telah dan akan bermain film di tanah air bukanlah aktor kelas B. Nama-nama seperti Julia Roberts, Mickey Rourke bukanlah nama-nama seperti Chintya Rothrock atau pun Frank Zagarino. Julia Roberts dan Mickey Rourke pernah meraih oscar. Sedangkan Rothrock dan Zagarino adalah aktor-aktor yang filmnya banyak diedarkan dalam bentuk DVD.

Sayangnya, sifat orang Indonesia masih suka latah, jika sedang ramai horor, banyak yang mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema remaja/anak sekolah. lihat saja setelah sukses AADC, Muncul film Cinta Pertama, atau film-film cinta lainnya setelah sukses Laskar Pelangi muncul pula film si Brandon (mimin lupa judulnya) dan sudah berapa banyak film-film anak yang meski berkualitas tapi kurang laku. Setelah sukses film Ayat-ayat cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, film-film seperti Perempuan berkalung Sorban malah hadir. Sinetron-sinetron tentang religi percintaan pun tak terhitung jumlahnya.

Latah, mungkin gak hanya di alami orang Indonesia, di dunia perfilman Hollywood juga begitu, sadarkah teman bahwa tema-tema yang diusung film Hollywood saat ini sebagian besar diangkat dari Novel, Komik, tapi yang menjadi kekuatan adalah bagaimana cara mereka meramu, meski kadang ramuan mereka terasa sinting, seperti mengubah-ubah dongeng. Manusia memiliki sifat ingin sesuatu yang baru dan hal inilah yang dimanfaatkan Hollywood, Korea, dan negara maju lainnya.